Infobaru.News _Palu – Panitia Daerah (Panda) Polda Sulawesi Utara (Sultra), meloloskan 255 anak daerah dalam seleksi penerimaan bintara tahun 2024 untuk mengikuti Pendidikan.
Dalam sidang kelulusan akhir yang dilaksanakan di Aula Dhacara, Polda Sultra menerima 240 orang Bintara Polisi Tugas Umum (PTU ) Pria, 8 Bintara PTU Wanita, 1 orang Bakomsus hukum, 2 orang Bakomsus Nakes dan 2 orang Bakomsus Humas .
Sementara Polda Sulawesi Barat (Sulbar), meloloskan 261 orang anak daerah untuk mengikuti Pendidikan Bintara polri yang terdiri dari 243 orang Bintara Pria dan 18 orang bintara wanita
Pengumuman yang dilaksakan di Polda Sulut dan Sulbar tersebut, berbanding terbalik dengan pengumuman kelulusan akhir Polda Sulteng. Polda Sulteng hanya memberikan ruang kepada anak daerah Sulawesi tengah 119 orang Bintara PTU pria dan 11 orang Bintara PTU Wanita.
Jika kita melihat jumlah kuota yang masuk dalam Pendidikan di SPN Labuan Panimba pada tahun 2023, 283 orang sehingga kurang lebih 164 orang putra daerah yang di singkirkan untuk mengikuti Pendidikan di SPN Labuan Panimba.
100 lebih yang tidak diloloskan tersebut, ternyata di gantikan dengan peserta Bintara dari provinsi lain yakni Papua yang di wilayahnya telah mendapatkan kuota khusus yakni 1033 orang yang lolos untuk mengikuti pendidkan Bintara tahun 2024.
Beberapa orang tua peserta seleksi Bintara kepada Media ini di Gedung Auditorium Universitas Tadulako mengatakan, sangat kecewa dengan tindakan mabes polri yang terkesan mengkebiri hak anak daerah Sulawesi Tengah hanya untuk kepentingan Papua.
Mereka menilai, dalam pengumuman akhir tersebut anaknya bukan tidak lulus tapi di cekal untuk mengikuti Pendidikan karena kuota di berikan kepada Papau.
Dalam penerimaan ini, menggunakan sistim perengkingan, bagaimana bisa papua dapat mengambil jatah Sulawesi Tengah, sementara mereka telah memiliki kuota 1033 sehingga sangat mustahil pemuda Papua yang masuk di SPN Labuan Panimba adalah rengking 200, namun pasti rengking 1033 kebawah, ungkap salah satu orang tua casis yang juga anggota Polri.
“Jika perengkingan yang digunakan maka casis Papua yang lolos masuk ke SPN Labuan Panimba adalah rengking yang sangat jauh dari casis Sulawesi Tengah”, bebernya.
Sementara itu Darwin warga asli Kaili yang tinggal di wilyah tondo, sangat menyayangkan sikap diskriminatif yang di lakukan polri tersebut.
“Anak kami di gembleng secara ketat untuk dapat lolos dengan mengikuti bimbel fisiko, akademik dan kursus renang, namun ujung-ujung tidak lolos hanya karena memberikan jatah kepada Papua”,terangnya.
Dalam penerimaan ini, Polri menggunakan komitmen BETAH (Bersih,Transparan,Akuntabel dan Humanis) namun jika melihat kenyataan seperti ini, bahwa komitmen tersebut hanya sebagai lipstick saja, karena dengan diberikannya kuota kepada Papua, Polda Sulteng tidak bersih dan transparan (IB)